Penulis: Karenina Melinda Putri (Universitas Lampung)

Berperang dengan parang, arit, darah dan luka. Bumi Putera kita berperan sebagai negara yang di sakiti oleh para penjajah yang haus akan segala bentuk kekayaan bangsa. Lama kelamaan rasa sakit menjadi luka, darah, nanah, berhasil membuat para pemuda berteriak lantang atas rasa sakit bangsa, yang kemudian berhasil melahirkan sebuah gerakan dari kongres para pemuda. Yang diberikan sebuah nama, sumpah pemuda.

Gerakan sumpah pemuda lahir atas kegelisahan para pemuda terhadap penjajahan Jepang setelah lepas dari cengkraman Inggris, ibarat lepas kandang macan malah masuk kandang harimau. Dan para pemuda Indonesia sudah terlampau geram dengan hal ini, mereka berjuang dengan mengangkat senjata demi Indonesia yang lebih cerah dan merdeka.

Jika pada masa itu para pemuda berjuang dengan senjata demi sebuah kemerdekaan, maka saat ini para pemuda melanjutkan kemerdekaan dengan menggunakan teknologi yang kian lama semakin canggih dan dalam kecanggihan ini hanya ada dua kemungkinan, para pemuda kita tetap hidup untuk negara atau tenggelam tanpa perlawanan dengan sebuah modernisasi

Pada era yang serba mudah, canggih para pemuda zaman sekarang diberikan pilihan untuk tetap bertahan dengan terus belajar memaksimalkan potensi, atau hilang tanpa arah. Semua pilihan ada pada tangan para pemuda bangsa ini yang semakin hari kian tumbuh dalam banyak hal baru yang harus dipelajari dan di mengerti satu demi satu.

Pada masa kini, para pemuda dituntut untuk paham teknologi, namun harus mampu menyaring hal baik dan buruk agar tidak ikut arus buruk yang ada, jika sudah ikut hal buruk maka akan sulit untuk kembali. Arus modernisasi yang tidak di awasi akan membuat segala aspek hidup berubah, segala bentuk nasionalisme akan hilang dan jati diri bangsa akan tergerus. Dalam hal ini, bukan kah orangtua dan negara juga punya peran?

Pada masa ini, banyak sekali anak-anak bangsa yang tidak bisa membaca, menulis, bahkan tidak hafal pancasila, bukan kah miris? Kenapa mereka bahkan tidak mampu mengetahui hal sederhana di tengah era teknologi yang begitu canggih dan serba cepat ini?

Dari hal ini, kita tau bahwa tidak semua kecanggihan teknologi ini mampu membantu anak-anak kita untuk mengakses sumber informasi yang baik untuk diri mereka dan bangsa ini.

Para pemuda yang bertumbuh harus tetap mampu menyaring informasi yang relevan bagi diri dan bangsa ini, agar budaya bangsa tetap bertahan, tidak hilang dimakan arus modernisasi, agar rasa cinta tanah air tetap ada dan agar bangsa ini tetap memiliki para penerus yang mampu mempertahankan Indonesia di mata dunia, seperti pada masa lalu di era gerakan non blok, dan segala bentuk kejuaran dari berbagai cabang olimpiade.

Dalam hal ini, peran orangtua, pendidik dan banyak pihak harus ada, karena para pemuda dalah penerus bangsa. Sebagai orangtua harus tau apa saja informasi yang diterima sang anak agar jangan sampai hal buruk yang di terima, peran pendidik adalah untuk membantu memperkuat pendidikan dan moral anak yang sudah diberikan sejak awal oleh orangtua, dan peran banyak pihak seperti pemerintah juga harus ada dalam memfasilitasi pendidikan, kesehatan para generasi muda gar mereka dapat berperan aktif dan positif dalam kemajuan bangsa.

Pilihan saat ini tidak banyak, membuat para pemuda Indonesia tetap mampu bertahan di era modernisasi dengan hal yang positif agar mampu berjuang demi memeprtahakan nasionalisme dan perjuangan yang telah ada, atau membiarkan para pemuda kita hilang, tenggelam dalam arus modernisasi tak berujung dan berakhir kita kehilangan penerus yang memiliki bakat dalam banyak bidang.

Apresiasi, jaga dan bimbing mereka agar perjuangan bangsa ini tidak sia-sia, karena banyak sekali anak bangsa yang perjuangannya harus hilang tanpa nama karena tidak di lirik, tidak di fasilitasi dan berakhir harus mengubur segala bentuk impian mereka dalam-dalam. Bukan kah mereka semua para pemuda dan anak bangsa yang mengharumkan negara ini? Maka jangan coba kubur impian mereka.

Karena tonggak keberlangsungan sumpah pemuda saat ini sedang berada dalam gegap gempita teknologi yang memagarinya.