Penulis : Astarya (Universitas Darunnjah)

Dalam dunia yang semakin global dan teknologi yang terus berkembang, pendidikan menjadi faktor kunci bagi pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya suatu bangsa. Aljazair dan Indonesia, meskipun memiliki perbedaan geografis dan budaya yang besar, menghadapi tantangan serupa dalam upaya memperkuat sistem pendidikan mereka agar mampu menghasilkan generasi yang berdaya saing global. Artikel ini akan membahas persamaan dan perbedaan antara kedua negara dalam hal struktur pendidikan, integrasi teknologi, reformasi kurikulum, serta isu dan tantangan yang dihadapi.

Struktur Pendidikan di Aljazair dan Indonesia

Struktur pendidikan di Aljazair mengikuti model 6+3+3: enam tahun pendidikan dasar, tiga tahun menengah pertama, dan tiga tahun menengah atas. Pendidikan tinggi di Aljazair diatur oleh Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset Ilmiah dan menawarkan berbagai program sarjana hingga doktoral. Sistem ini didasarkan pada warisan kolonial Prancis, yang mengakibatkan pendidikan lebih berorientasi pada fakta-akuisisi dan hafalan.

Indonesia memiliki sistem yang serupa, dengan pendidikan dasar, menengah pertama, dan menengah atas. Program wajib belajar 12 tahun diterapkan untuk memastikan akses pendidikan hingga tingkat menengah atas bagi seluruh rakyat. Meskipun struktur dasar tampak serupa, pendidikan di Indonesia lebih berfokus pada pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi, yang terlihat dalam kurikulum terbaru yang diterapkan, yaitu Kurikulum 2013.

Kedua negara tampaknya menyadari pentingnya pendidikan untuk mencapai kemajuan sosial, tetapi pendekatan dan hasil yang diinginkan tampak berbeda. Aljazair, dalam banyak aspek, masih sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan Prancis, sedangkan Indonesia berusaha menciptakan identitas sendiri yang lebih inklusif dan beragam. Meski Aljazair telah berusaha melakukan Arabisasi sejak kemerdekaan untuk mempromosikan bahasa dan nilai kebangsaan, banyak aspek pendidikan masih mirip dengan sistem kolonial, terutama dalam metode pengajaran yang cenderung berorientasi pada hafalan.

Pengaruh Teknologi dalam Pendidikan Modern

Teknologi adalah salah satu faktor penting dalam pengembangan pendidikan modern. Di Aljazair, pemerintah mulai mengintegrasikan teknologi melalui program e-learning dan digitalisasi sekolah. Namun, kendala infrastruktur di daerah pedesaan menjadi hambatan besar. Di banyak daerah terpencil, akses internet dan perangkat digital masih sangat terbatas, mengakibatkan kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Indonesia juga menghadapi tantangan yang sama dalam integrasi teknologi. Program Merdeka Belajar, yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, menekankan peningkatan akses terhadap teknologi pendidikan, termasuk platform daring dan pembelajaran jarak jauh. Di tengah tantangan geografis yang dihadapi Indonesia sebagai negara kepulauan, program ini diharapkan mampu meningkatkan kesetaraan akses pendidikan.

Kedua negara memahami bahwa teknologi bukan sekadar alat bantu, tetapi juga dapat menjadi katalisator transformasi pendidikan yang dapat menjangkau lebih banyak siswa. Namun, persoalan infrastruktur di daerah pedesaan atau terpencil masih menjadi tantangan serius bagi kedua negara. Jika tantangan ini dapat diatasi, terutama dengan penguatan jaringan internet dan penyediaan perangkat digital, kualitas pendidikan yang lebih merata dapat tercapai.

Reformasi Kurikulum di Era Modern

Kurikulum pendidikan tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter dan nilai siswa. Aljazair telah mengalami beberapa kali reformasi kurikulum sejak kemerdekaannya pada tahun 1962. Salah satu langkah penting adalah Arabisasi kurikulum untuk mempromosikan identitas nasional dan nilai Islam. Pada tahun 1971, pemerintah memperkenalkan program wajib belajar sembilan tahun. Pendekatan berbasis kompetensi dan nilai-nilai agama saat ini menjadi aspek penting dalam kurikulum Aljazair.

Di sisi lain, Indonesia telah melakukan beberapa kali reformasi kurikulum, yang terbaru adalah Kurikulum 2013 yang menekankan pendekatan berbasis kompetensi dan karakter. Selain itu, program Merdeka Belajar memperkenalkan fleksibilitas lebih dalam proses belajar-mengajar, memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensi sesuai minat dan bakat mereka. Reformasi ini mencerminkan usaha pemerintah Indonesia untuk menciptakan generasi yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat.

Kedua negara menunjukkan komitmen untuk menciptakan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman. Di Aljazair, pendekatan berbasis nilai agama dan identitas nasional tetap kuat, sementara Indonesia lebih berfokus pada fleksibilitas dan kompetensi siswa. Kedua pendekatan ini mencerminkan konteks sosial-budaya yang berbeda di masing-masing negara. Namun, dengan adanya tantangan globalisasi, reformasi kurikulum yang berkelanjutan akan sangat penting agar generasi mendatang dapat tetap relevan di era modern.

Isu dan Tantangan Pendidikan di Era Modern

Baik Aljazair maupun Indonesia menghadapi tantangan besar dalam hal kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di Aljazair, meskipun pemerintah telah berupaya meningkatkan akses pendidikan, perbedaan kualitas pengajaran dan infrastruktur antara daerah perkotaan dan pedesaan masih menjadi masalah. Di Indonesia, kondisi ini serupa, di mana daerah-daerah terpencil sering kali kekurangan akses pendidikan yang memadai. Program afirmasi pendidikan bagi siswa dari daerah terpencil merupakan salah satu langkah yang telah diambil pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah ini.

Tantangan kesenjangan ini memperlihatkan bahwa akses pendidikan belum sepenuhnya merata di kedua negara. Akses yang terbatas ini juga mempengaruhi kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa di daerah terpencil. Dalam jangka panjang, kesenjangan ini dapat berdampak pada tingkat pendidikan dan peluang ekonomi masyarakat di daerah-daerah tersebut. Jika kedua negara ingin mencapai kemajuan yang lebih merata, investasi yang lebih besar dalam infrastruktur dan pelatihan guru untuk daerah pedesaan dan terpencil akan sangat diperlukan.

 Kesimpulan

Aljazair dan Indonesia menghadapi tantangan besar dalam membangun sistem pendidikan yang relevan, inklusif, dan berkualitas tinggi. Kedua negara telah menunjukkan upaya nyata dalam meningkatkan akses pendidikan, memperbarui kurikulum, dan mengintegrasikan teknologi. Namun, tantangan infrastruktur, kesenjangan akses, dan faktor warisan budaya kolonial atau lokal masih menjadi hambatan.

Meski demikian, arah yang diambil oleh kedua negara dalam reformasi kurikulum dan penerapan teknologi menunjukkan komitmen mereka untuk memberikan pendidikan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Di tengah arus globalisasi, komitmen untuk menghasilkan generasi yang kompeten dan beretika menjadi tujuan yang penting. Baik Aljazair maupun Indonesia memahami bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka peluang dan mengatasi tantangan masa depan. Upaya untuk mencapai pendidikan yang merata, berdaya saing, dan berkualitas tinggi tidak hanya penting untuk kemajuan individu, tetapi juga untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa secara keseluruhan.

Dengan pendekatan yang tepat dan komitmen yang kuat, Aljazair dan Indonesia memiliki potensi besar untuk menciptakan sistem pendidikan yang mampu melahirkan generasi yang siap bersaing di kancah global. Langkah-langkah menuju pemerataan akses, peningkatan kualitas pengajaran, dan penerapan teknologi yang tepat akan menjadi fondasi kuat dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan makmur di era modern ini.