Penulis : Galuh Syifa Intan Sabila (Mahasiswa Ilmu Komunikasi)
Bahasa merupakan salah satu aspek budaya yang memiliki sifat dinamis. Dinamis dalam hal ini berarti Bahasa dapat berubah seiring dengan perkembangan waktu sesuai kebutuhan manusia dan pengaruh lingkungannya. Perkembangan teknologi, globalisasi, dan tren sosial telah menciptakan perubahan besar pada bagaimana cara manusia berkomunikasi, terumata yang terjadi pada Generasi Z dan Generasi Alpha. Kedua generasi yang lahir diatas tahun 1997 itu terlahir dan besar dalam lingkungan yang didominasi oleh teknologi digital, yang membentuk cara mereka dalam menggunakan Bahasa sehari-hari yang terkesan unik.
Generasi Z, yang lahir pada tahun 1997 – 2012 dikenal sebagai digital natives. Tumbuh ditengah-tengah maraknya media sosial seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan Twitter membuat mereka mengonsumsi banyak informasi setiap harinya. Hal tersebut juga yang kemudian membuat mereka menggunakan Bahasa yang penuh dengan istilah baru, singkatan, dan ekspresi yang berasal dari internet.
Istilah seperti IYKYK, Slay, Lowkey, FOMO, dan simp sering kali digunakan oleg Generasi Z untuk menggambarkan perasaan atau situasi dengan cara yang lugas. Generasi ini juga gemar menggunakan meme, GIF, dan emotikon untuk memperjelas keadaan emosional pada komunikasi mereka, sehingga pesan yang disampaikan melalui teks menjadi lebih ekspresif.
Sementara itu, Generasi Alpha yang lahir di tahun 2013 – 2024, hidup berdampingan dengan teknologi yang semakin matang, membuat mereka memiliki cara tersendiri dalam melakukan komunikasi khususnya pada bagaimana mereka menggunakan bahasa. Berbagai istilah baru yang hadir seperti mewing, rizz, sigma, dan skibidi digunakan oleh Generasi Alpha dalam melakukan komunikasi sehari-hari dengan teman sebayanya. Disamping itu, tak jauh berbeda dengan Generasi Z yang menyukai visual, Generasi Alpha juga seringkali mengungkapkan ekspresi mereka melalui stiker, video pendek, dan emoji agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan lebih cepat dan menarik.
Perubahan gaya Bahasa yang terjadi pada Generasi Z dan Generasi Alpha tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang melatarbelakanginya, diantaranya adalah:
1. Teknologi
Teknologi memiliki pengaruh besar terhadap evolusi bahasa di kalangan Generasi Z dan Alpha. Kehadiran platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan Snapchat mendorong mereka untuk berkomunikasi secara cepat dan menarik. Format komunikasi di platform ini yang serba singkat, seperti video berdurasi 15 detik atau pesan instan, memaksa mereka untuk merancang pesan yang padat namun tetap efektif.
2. Globalisasi dan Budaya Populer
Globalisasi membuka akses ke budaya dari seluruh dunia, memperkenalkan kedua generasi ini pada istilah dan ekspresi baru yang mereka serap dan adaptasikan dalam bahasa sehari-hari. Misalnya, penggunaan istilah stan (penggemar berat) atau lit (seru/menyenangkan) yang berasal dari budaya hip-hop Amerika kini menjadi bagian dari kosakata mereka.
3. Identitas Komunitas
Generasi Z dan Alpha sering menggunakan bahasa sebagai alat untuk menunjukkan identitas mereka. Mereka menciptakan istilah atau kode bahasa yang hanya dapat dipahami oleh kelompok tertentu, seperti komunitas fandom, gamer, atau kelompok subkultur lainnya.
4. Kebutuhan Efisiensi
Di era yang serba cepat, kebutuhan untuk berkomunikasi secara efisien menjadi prioritas. Singkatan, simbol, dan emoji digunakan untuk menggantikan kalimat panjang. Generasi ini lebih memilih menyampaikan emosi atau pesan dengan simbol visual.
Perubahan bahasa pada Generasi Z dan Alpha mencerminkan kreativitas serta kemampuan adaptasi mereka terhadap perubahan zaman. Penggunaan istilah baru dan bahasa visual tidak hanya memperkaya kosakata tetapi juga memberikan peluang baru di berbagai bidang, seperti pemasaran digital, produksi konten, dan industri kreatif. Cara mereka berkomunikasi yang lebih santai juga membuat hubungan interpersonal terasa lebih dekat dan personal, terutama dalam platform digital.
Namun, perubahan ini juga memiliki dampak negatif. Salah satunya adalah risiko tergerusnya rasa cinta terhadap bahasa sendiri. Pergeseran bahasa yang semakin dipengaruhi oleh istilah asing dan visual dapat membuat generasi muda semakin jauh dari kekayaan bahasa lokal atau bahasa nasional. Mereka lebih akrab dengan istilah-istilah yang viral di internet daripada kosakata asli bahasa ibu mereka.