Penulis: Sasmita Aprilia Putri*

Pesona destinasi wisata Indonesia kembali menambah daftarnya dengan keunikan Pulau Lusi, sebuah destinasi ekowisata di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang telah berhasil memadukan keindahan alam dengan kekayaan budaya lokal. Dulunya, dikenal sebagai kawasan yang terdampak Lumpur Sidoarjo, pulau ini kini berubah menjadi tempat wisata yang menawarkan pengalaman secara berkelanjutan bagi para pengunjung. Pulau Lusi semakin menarik perhatian wisatawan sebagai destinasi ekowisata yang unik.

Pulau yang terletak di Kabupaten Sidoarjo ini menawarkan perpaduan harmonis antara pelestarian alam dan kebudayaan lokal. Dengan keindahan ekosistem mangrove serta banyaknya potensi ekonomi bagi masyarakat sekitar, Pulau Lusi kini menjadi salah satu tujuan wisata unggulan di Jawa Timur. Namun, untuk meningkatkan daya tariknya, diperlukan strategi komunikasi yang efektif dalam mengedukasi dan menarik wisatawan. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag Surabaya) mengambil peran penting dalam upaya ini dengan menerapkan berbagai pendekatan komunikasi pariwisata berbasis ekowisata, ujar Dosen Komunikasi Pariwisata Bapak Drs. Widiyatmo Ekoputro. M.A.

Apa itu Pulau Lusi?

Pulau Lusi adalah sebuah pulau kecil yang terbentuk secara alami dari endapan lumpur vulkanik akibat fenomena Lumpur Sidoarjo (Lusi) sejak tahun 2006. Seiring berjalannya waktu, alam memulihkan diri dan masyarakat setempat mengubahnya menjadi destinasi wisata berbasis ekologi. Kini, pulau ini dikelola dengan prinsip ekowisata, yang menawarkan pesona pantai, hutan mangrove, serta aktivitas budaya yang mengedukasi. Kini kawasan tersebut berkembang menjadi ekowisata yang memberikan manfaat ekologis dan ekonomi bagi masyarakat setempat.

Pulau Lusi. (Foto: Dok/Ist).
Pulau Lusi. (Foto: Dok/Ist).

Pulau Lusi menawarkan berbagai kegiatan wisata yang berbasis alam dan budaya lokal. Pengunjung dapat menjelajahi hutan mangrove dengan perahu, menikmati keindahan burung-burung yang hidup di kawasan tersebut, serta melihat secara lansgung upaya rehabilitasi lingkungan yang dilakukan oleh berbagai komunitas dan pemerintah daerah. Selain itu, wisatawan juga dapat berinteraksi dengan nelayan setempat yang telah memanfaatkan ekosistem mangrove untuk budidaya ikan dan kepiting.

Tak hanya itu, ujar Sasmita Aprilia Putri, menjelaskan bahwa Pulau Lusi menjadi tempat penelitian bagi akademisi dan pecinta lingkungan. Keberadaan pulai ini menarik perhatian banyak pihak yang ingin memahami bagaimana alam dapat beradaptasi terhadap suatu perubahan lingkungan akibat bencana. Dengan adanya program konservasi dan penelitian, Pulau Lusi semakin dikenal sebagai laboratorium alami yang menawarkan wawasan tentang pemulihan ekosistem.

Di mana lokasi Pulau Lusi?

Pulau Lusi terletak di perairan Sidoarjo, Jawa Timur, sekitar 30 kilometer dari Surabaya. Untuk mencapai pulau ini, wisatawan dapat menuju Pelabuhan Tlocor di Kecamatan Jabon, kemudian melanjutkan perjalanan dengan perahu kurang lebih 20 menit. Biaya penyebrangannya cukup terjangkau, sehingga menjadi pilihan wisata yang ramah di kantong.

Pulau Lusi dulunya disebut dengan Pulau Sarinah adalah sebuah Pulau Sungai yang terbentuk dari endapan lumpur hasil buangan ke Sungai Porong, Sidoarjo. Pulau tersebut memiliki luas sekitar 93,4 Hektare. Endapan lumpur tersebut kemudian ditanami dengan tumbuhan mangrove. Pulau tersebut terletak di tengah-tengah Sungai Porong perbatasan antara Pasuruan dan Sidoarjo yang berjarak sekitar 25 kilometer dari darat Tlocor, Desa Kedungpandan Jabon. Untuk sampai ke pulau ini pengunjung dapat menggunakan armada perahu mesin yang dikelola kelompok sadar wisata desa setempat.

Siapa yang Mengelola dan Mengunjungi Pulau Lusi?

Pengelolaan Pulau Lusi dilakukan oleh pemerintah daerah bersama dengan komunitas lokal dan kelompok pecinta lingkungan. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo berkolaborasi dengan akademisi dan organisasi lingkungan untuk dapat memastikan bahwa ekowisata di Pulau Lusi tetap berdaya dan lestari. Masyarakat sekitar juga turut berperan dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, serta dapat memanfaatkan ekowisata sebagai sumber mata pencaharian. Pengunjungnya beragam, mulai dari wisatawan lokal, pelajar, hingga peneliti lingkungan yang ingin mempelajari rehabilitasi ekosistem pasca-bencana.

Kapan Waktu Terbaik untuk Berkunjung?

Waktu ideal untuk mengunjungi Pulau Lusi adalah pagi atau sore hari saat cuaca cerah, terutama pada musim kemarau tepatnya di bulan April-Oktober.

Mengapa Pulau Lusi Menarik?

Pulau ini tidak hanya menawarkan pemandangan alam, tetapi juga wisata berbasis edukasi, seperti:

  • Konservasi Mangrove: Pengunjung bisa menanam pohon bakau di sekitar Pulau Lusi.
  • Budaya Lokal: Ada pertunjukan kesenian dan kuliner khas Sidoarjo.
  • Ekowisata Berkelanjutan: Adanya pengelolaan sampah dan energi ramah lingkungan.

Bagaimana Pengalaman Berkunjung ke Pulau Lusi

Pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas, seperti

  • Jembatan Kayu Melintasi Mangrove
  • Spot Foto Estetik dengan View Laut Jawa
  • Kuliner Seafood Segar

Selain keindahan alamnya, Pulau Lusi juga memiliki nilai edukasi dan konservasi yang tinggi. Destinasi ini tidak hanya memberikan pengalaman wisata yang menyenangkan, tetapi juga mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Dengan berkunjung ke Pulau Lusi, wisatawan turut berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Sebagai destinasi ekowisata yang terus berkembang, Pulau Lusi membuktikan bahwa keharmonisan antara manusia dan alam dapat diwujudkan. Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, Pulau ini diharapkan tetap menjadi contoh sukses dalam memadukan wisata, budaya, dan konservasi alam di Indonesia.

Komunikasi pariwisata berbasis ekowisata sangat menjadi strategi penting dalam mengembangkan Pulau Lusi sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan. Sasmita Aprilia Putri, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untag Surabaya memainkan peran secara signifikan dalam membangun citra dan meningkatkan daya tarik pulau ini melalui berbagai strategi komunikasi yang sangat inovatif. Dengan kolaborasi yang tepat, maka Pulau Lusi berpotensi menjadi salah satu ikon ekowisata unggulan di Jawa Timur.

***

*) Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

*) Dosen: Drs. Widiyatmo Ekoputro. M.A

**) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi radarbaru.com