Penulis: Dinda Puspita Sari*
“Drama Queen” Itu Stereotip yang Harus Dihapus, di era modern ini, ungkapan “drama queen” masih sering dilemparkan kepada cewek yang dianggap terlalu emosional atau sering curhat tentang masalah pribadinya. Padahal, apa yang mereka alami bukan sekadar drama. Itu adalah reaksi dari berbagai tekanan yang nyata, mulai dari urusan hormonal, beban sosial, hingga masalah pribadi. Dengan melabeli mereka sebagai “drama queen,” kita sebenarnya meremehkan apa yang mereka rasakan dan malah menciptakan ruang yang nggak aman untuk mereka mengekspresikan diri.
Label ini nggak hanya menyakitkan, tapi juga berbahaya. Cewek yang sering dilabeli seperti ini cenderung memilih diam saat menghadapi masalah, meskipun sebenarnya mereka membutuhkan bantuan. Akhirnya, masalah kesehatan mental mereka bisa semakin parah, karena nggak pernah tersalurkan dengan baik.
Realita yang Perlu Dipahami, Bukan Dijadikan Alasan
Fakta biologis nggak bisa diabaikan. Cewek harus menghadapi perubahan hormon sepanjang hidupnya, dari masa remaja hingga dewasa. Siklus menstruasi setiap bulan, kehamilan, melahirkan, hingga menopause, semuanya membawa dampak besar pada kesehatan mental. Perubahan hormonal ini sering memengaruhi suasana hati, menyebabkan gejala seperti mudah lelah, cemas, bahkan depresi.
Namun sayangnya, di era modern yang serba cepat ini, perubahan hormonal sering dianggap remeh. Bukannya dimengerti, cewek malah disuruh “sabar” atau “jangan baper.” Padahal, mereka butuh ruang dan dukungan untuk mengelola emosi mereka, bukan tuntutan untuk selalu terlihat “kuat.”
Body shaming, komentar negatif, atau perbandingan dengan orang lain sering bikin cewek merasa nggak cukup baik. Akibatnya, banyak dari mereka yang merasa terjebak dalam perlombaan tanpa akhir untuk menjadi sempurna. Tekanan ini memicu stress, burnout, hingga gangguan kecemasan yang makin sulit dihindari.
Meski diskusi soal kesehatan mental sudah mulai terbuka, stigma masih menjadi penghalang besar, terutama bagi cewek. Banyak dari mereka yang ragu mencari bantuan karena takut dianggap “lemah” atau “kurang bersyukur.” Bahkan, lingkungan sekitar sering kali memperburuk keadaan dengan komentar seperti, “Kamu terlalu lebay,” atau “Cuma masalah kecil aja, kok stres.”
Padahal, kesehatan mental adalah hal yang nyata dan sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Cewek butuh dukungan, bukan penilaian. Mengabaikan kesehatan mental mereka hanya akan memperburuk kondisi yang mereka alami.
Jadi, Apa yang Bisa Dilakukan di Era Modern Ini?
Untuk menghadapi tantangan kesehatan mental di era modern, langkah pertama adalah menciptakan lingkungan yang mendukung. Berhenti menggunakan istilah “drama queen” dan mulai mendengarkan dengan empati. Kadang, cewek hanya butuh tempat aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa takut dihakimi.
Selanjutnya, edukasi soal kesehatan mental harus lebih luas. Perubahan hormonal, tekanan sosial, dan tantangan modern lainnya perlu dipahami oleh semua orang, bukan hanya cewek. Dengan edukasi ini, kita bisa membantu mengurangi stigma dan mendukung mereka yang sedang berjuang.
Terakhir, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Generasi modern harus normalisasi terapi atau konsultasi psikolog sebagai langkah untuk menjaga kesehatan mental. Tidak ada yang salah dengan meminta bantuan, karena itu adalah tanda keberanian, bukan kelemahan.
Di era modern ini, kesehatan mental cewek menghadapi tantangan baru yang kompleks. Label seperti “drama queen” hanya memperburuk keadaan, sementara ekspektasi sosial dan stigma masih menjadi penghalang besar. Sudah saatnya kita berhenti menghakimi dan mulai mendukung. Karena ketika cewek punya mental yang sehat, mereka bisa jadi kekuatan besar yang menginspirasi dunia. Mari jadi generasi yang lebih peduli dan saling mendukung!
* Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa