Penulis: Karina Putri Andari*

Manusia diciptakan begitu sempurna, dan lengkap beserta kekurangannya oleh Allah. Di samping itu, akal dan pikiran yang menyertai lah yang membuat manusia dapat berperan dengan baik sebagai khalifah di muka bumi ini. Dengan segala nikmat yang diberikan, ada kalanya dimana manusia lupa akan sang pemberi nikmat. Sebab musababnya sudah pasti karena nikmat kehidupan yang ada, sehingga mereka sanggup melupakan Allah sang pemberi yang begitu murah hati dan mulia.

Lupa yang seringkali dilakukan oleh manusia itu merupakan satu dari beberapa hal yang diminta oleh Allah dari segala nikmat yang telah diturunkan oleh-Nya. Allah menciptakan makhluk yang ada di seluruh muka bumi untuk tunduk dan patuh terhadapnya. Tunduk dan patuh yang diminta bukan lah sebuah hal yang menyulitkan hingga memberatkan bagi hambanya yang tidak pernah lupa padanya. Namun bagi hambanya yang sudah begitu terkungkung oleh nikmat duniawi, tunduk dan patuh akan aturan dan perintah Allah adalah hal yang berat, bahkan menyulitkan.

Bahkan bukan hanya lupa, terdapat juga manusia yang tidak memercayai keberadaan Allah SWT. sebagai Tuhannya sehingga meyakini yang selain Allah sebagai penolongnya. Hal ini tidak hanya terjadi pada zaman modern ini, tetapi juga sudah terjadi jauh di masa kenabian terdahulu.

Dari banyaknya manusia yang memercayai Allah sebagai Tuhannya, terdapat juga manusia yang tidak memercayai Allah sebagai satu-satunya zat yang dapat menolongnya. Mereka bahkan sampai menyembah patung (berhala), api, matahari, bintang, bulan, pohon hingga menyembah hewan sebagai sesuatu yang mereka yakini sebagai penolong. Tentu hal itu merupakan sebuah kesia-siaan yang tidak memiliki arti. Tidak satu pun terdapat manfaat yang dapat diambil, bahkan Allah pun berjanji bahwa tidak akan memaafkan hambanya yang bersekutu kepada selain-Nya, dan dipastikan hamba tersebut akan mendapatkan balasan yang sangat pedih.

Kesalahan dalam memahami ajaran tauhid menghantarkan manusia kepada kesesatan bahkan kezaliman, hal ini pun dapat terjadi apabila manusia jauh dari ajaran tauhid, sehingga salah dan keliru mudah sekali mereka lakukan. Jauhnya mereka dari ajaran tauhid yang baik dan benar itu sudah terjadi sejak zaman kenabian terdahulu, dan hal inilah yang melatarbelakangi datangnya Islam sebagai agama terakhir.

Dalam era kemajuan teknologi dan globalisasi saat ini, tantangan terkait syirik semakin bervariasi dan sering kali tidak terlihat dengan jelas. Banyak individu yang tanpa sadar terlibat dalam praktik syirik modern, seperti ketergantungan berlebihan pada kekuatan selain Allah, yang dapat muncul dalam bentuk kultus individu, materialisme, serta keyakinan pada kekuatan supranatural yang tidak memiliki dasar yang sah. Fenomena ini sering dijumpai di kalangan masyarakat yang terpesona oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi mengabaikan prinsip tauhid sebagai fondasi kehidupan mereka. Akibatnya, sebagian orang menjadikan materi, kekuasaan, atau bahkan teknologi sebagai “tuhan” baru dalam hidup mereka.

Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk memahami bahaya syirik dan berbagai bentuk agar kita dapat menjaga keimanan dan ketakwaan. Artikel ini akan membahas tentang pengertian syirik, bentuk-bentuknya, dan bagaimana cara menghindari syirik di zaman modern ini.

Apa yang Dimaksud dengan Syirik?

Secara etimologis, kata “syirik” berasal dari istilah “syaraka,” yang berarti sekutu atau mitra. Dalam pengertian terminologi, syirik merujuk pada tindakan menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam hal rububiyah (ketuhanan) dan uluhiyah (ibadah).

Syirik dapat terjadi ketika seseorang menyekutukan Allah dalam aspek rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, nama-nama, atau sifat-sifat-Nya, atau bahkan salah satu dari hal tersebut. Jika seseorang percaya bahwa ada Pencipta atau Penolong lain selain Allah, maka ia dianggap musyrik. Demikian juga, jika ia meyakini adanya Tuhan lain yang layak disembah, ia juga termasuk dalam kategori musyrik. Selain itu, jika seseorang beranggapan bahwa ada entitas yang menyerupai Allah dalam nama dan sifat-Nya, maka ia telah terjerumus ke dalam syirik. Oleh karena itu, siapa pun yang menyembah selain Allah SWT termasuk dalam kategori tersebut.

Jenis-jenis Syirik

1. Syirik Besar 

Syirik Akbar atau syirik besar adalah tindakan mengalihkan ibadah, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada selain Allah. Contohnya termasuk berdoa, berkorban, atau bernazar kepada penghuni kubur, jin, atau setan. Ini juga mencakup permohonan kekayaan, kesembuhan, atau hajat lainnya kepada entitas yang tidak dapat memenuhi permintaan tersebut kecuali Allah, seperti meminta hujan di tempat-tempat tertentu seperti kuburan wali atau di depan berhala yang terbuat dari kayu atau batu.

Berikut adalah bentuk-bentuk syirik besar:

  • Syirik Dakwah (Doa): Berdoa kepada Allah SWT sambil juga berdoa kepada selain-Nya.
  • Syirik Niat, Keinginan, dan Tujuan: Melakukan ibadah dengan niat yang ditujukan kepada selain Allah SWT.
  • Syirik Ketaatan: Menaati perintah selain Allah SWT dalam hal-hal yang melanggar ketentuan-Nya.
  • Syirik Kecintaan (Mahabbah): Menyamakan cinta kepada selain Allah SWT dengan cinta kepada-Nya.

2. Syirik Kecil 

Syirik asghar atau khafi adalah tindakan yang secara implisit menunjukkan pengakuan adanya kekuatan lain selain Allah SWT. Ini juga mencakup syirik yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah dan interaksi dengan-Nya, meskipun pelaku yakin bahwa Allah SWT tidak memiliki sekutu dalam zat, sifat, atau tindakan-Nya. Meskipun syirik asghar tidak membuat pelakunya keluar dari agama Islam, tindakan ini dapat mengurangi keimanan dan menjadi jalan menuju syirik besar. Syirik ini dapat mengakibatkan amal perbuatan yang dilakukan menjadi sia-sia, tetapi pelakunya tetap tidak terlempar dari Islam dan tidak akan kekal di neraka selamanya.

Berikut adalah bentuk-bentuk syirik kecil: 

  • Syirik Zhahir (Nyata): Syirik yang tampak dalam ucapan dan tindakan, seperti bersumpah dengan nama selain Allah SWT.
  • Syirik Khafi (Tersembunyi): Syirik yang berkaitan dengan niat dan keinginan, seperti melakukan ibadah untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain. Contohnya adalah melakukan amal tertentu hanya untuk mendapatkan sanjungan atau memperindah bacaan dan gerakan shalat agar dipuji oleh orang lain.

Dampak Negatif Syirik bagi Kehidupan

Tertutupnya hati orang musyrik disebabkan oleh kesombongan dan penolakan mereka terhadap kebenaran yang disampaikan. Bagi mereka, baik diperingatkan tentang ayat-ayat Allah atau tidak, tidak menjadi masalah karena hati mereka sudah buta. Mereka mengalami perasaan khawatir dan ragu. Allah SWT berfirman: “Dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu, dan mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih karena kedustaan mereka.

Bagi orang musyrik, baik dalam keadaan miskin maupun kaya, semua itu dianggap sebagai keuntungan karena mengikuti hawa nafsu mereka. Amal perbuatan dan harta yang mereka miliki menjadi sia-sia. Harta yang dibelanjakan oleh orang-orang musyrik tidak akan mendapatkan balasan dari Allah; apa pun yang mereka miliki tidak dapat digunakan untuk menebus siksaan di akhirat.

Cara Menjauhi Syirik

Dengan meningkatkan pemahaman mengenai konsep agama dan spiritualitas, Anda  dapat lebih mudah mengenali dan menghindari tindakan syirik. Penguatan iman juga sangat penting untuk membantu menanggulangi dorongan untuk berbuat syirik serta memperkuat hubungan spiritual mereka dengan Allah. Selain itu, diperlukan regulasi yang mengatur media sosial dan teknologi agar platform tersebut tidak memfasilitasi perilaku syirik, melainkan mendukung prinsip moral dan keagamaan. Diharapkan, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih sadar dan beradab secara spiritual dengan menerapkan solusi-solusi ini secara menyeluruh.

Biografi Penulis 

Nama saya Karina Putri Andari, lahir di Tanjung Morawa pada 8 September 2006. Saat ini, saya adalah mahasiswa semester tiga akhir yang sedang menghadapi ujian semester terakhir. Saya memiliki minat besar dalam menulis dan membaca buku, yang telah menjadi bagian penting dalam hidup saya. Melalui tulisan, saya berharap bisa menginspirasi orang lain dan berbagi pengalaman. Dengan semangat yang tinggi, saya bertekad untuk menyelesaikan studi saya dan mengejar impian di dunia literasi.

Referensi

  1. Hasiah. (2020). Syirik Dalam Perspektif Al-Qur’an. Yurisprudentia, 3(1), 83–102. https://jurnal.iainpadangsidimpuan.ac.id/index.php/yurisprudentia/article/download/681 /596
  2. Muhammad Agam Nalf Saujani, Rafif Hartawan Mukmin, Renita Ratriana, Dhea Nadila Violita, Rahma Dhita Syakirah, Fayzah Atsariyya, & Muhamad Parhan. (2024). Syirik Dalam Kehidupan Modern: Bahaya Yang Tak Terduga Dan Solusi Masa Kini. Jurnal Budi Pekerti Agama Islam, 2(3), 224–230. https://doi.org/10.61132/jbpai.v2i3.351
  3. Nabila, A., Nadya, K., Zuvanto, M. R., Fahreza, M. B., Laksana, R., Moon, S., & Mayasari, F. (2025). Bahaya Syirik dan Dampak Negatif dalam Kehidupan Modern Universitas Muhammadiyah Riau , Indonesia.

***

*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Jurusan Psikologi

**) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi radarbaru.com