Penulis: Nayla Zahroe Azharinie

Radar Baru, Yogyakarta, Krisis gizi merupakan masalah kompleks yang terus menghantui Indonesia. Lebih dari sekadar kekurangan kalori, krisis gizi mencakup berbagai bentuk malnutrisi, termasuk stunting (pertumbuhan kerdil), wasting (penurunan berat badan drastis), obesitas, dan defisiensi mikronutrien. Kondisi ini tidak hanya mengancam kesehatan individu, tetapi juga menghambat pembangunan manusia dan perekonomian nasional.

Stunting: Ancaman Generasi Masa Depan

Stunting, yang ditandai dengan tinggi badan anak di bawah standar usianya, merupakan masalah paling memprihatinkan. Anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan perkembangan kognitif, fisik, dan imunologi. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia, produktivitas, dan daya saing bangsa di masa depan.

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Meskipun terdapat penurunan, angka ini masih jauh dari target yang ditetapkan. Penyebab stunting kompleks dan multifaktorial, meliputi:
  • Faktor ekonomi: Kemiskinan dan ketidaksetaraan akses terhadap makanan bergizi.
  • Faktor kesehatan: Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan ibu dan anak, serta sanitasi yang buruk.
  • Faktor pengetahuan: Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan pola asuh anak yang tepat.
  • Faktor lingkungan: Keterbatasan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai.
  • Wasting dan Obesitas: Dua Sisi Mata Uang Malnutrisi

Wasting, atau penurunan berat badan drastis, merupakan indikator malnutrisi akut. Kondisi ini seringkali terjadi bersamaan dengan stunting dan menunjukkan kondisi gizi yang sangat buruk. Di sisi lain, obesitas juga menjadi masalah yang semakin meningkat di Indonesia. Konsumsi makanan olahan yang tinggi gula, garam, dan lemak, serta gaya hidup sedentari, berkontribusi terhadap peningkatan angka obesitas. Obesitas meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, jantung, dan kanker

Defisiensi Mikronutrien: Ancaman Silen

Kekurangan mikronutrien, seperti zat besi, yodium, dan vitamin A, juga merupakan masalah yang signifikan. Defisiensi zat besi menyebabkan anemia, yang berdampak pada perkembangan kognitif dan fisik anak. Kekurangan yodium menyebabkan gondok, yang dapat menyebabkan gangguan kognitif. Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko infeksi dan gangguan penglihatan.
Upaya Penanggulangan Krisis Gizi

Penanggulangan krisis gizi membutuhkan pendekatan terpadu dan multisektoral. Pemerintah telah meluncurkan berbagai program, seperti pemberian makanan tambahan, penyuluhan gizi, dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan. Namun, upaya ini perlu ditingkatkan dan diintegrasikan dengan program-program pembangunan lainnya. Peran masyarakat, sektor swasta, dan lembaga internasional juga sangat penting dalam mendukung upaya penanggulangan krisis gizi. Pentingnya edukasi gizi kepada masyarakat, peningkatan akses terhadap makanan bergizi, dan perbaikan sanitasi dan air bersih merupakan kunci keberhasilan.