Surakarta, radarbaru.com – Kelurahan Banjarsari menghadapi tantangan lingkungan yang semakin nyata, salah satunya adalah limbah rumah tangga berupa minyak jelantah. Minyak bekas yang dibuang sembarangan dapat mencemari air tanah dan saluran air, serta menimbulkan risiko bagi kesehatan jika digunakan kembali secara tidak aman.

Pemerintah telah memulai program edukasi dan sosialisasi pengelolaan minyak jelantah sebagai bagian dari upaya menciptakan masyarakat yang sehat dan lingkungan yang bersih. Salah satu pendekatan menarik adalah ajakan untuk menyedekahkan minyak jelantah, yang kemudian dikumpulkan dan diolah menjadi produk bermanfaat seperti biodiesel atau sabun ramah lingkungan, sekaligus mendukung kegiatan sosial di masyarakat.

Agar program ini berhasil, edukasi yang merata dan partisipatif sangat penting agar warga memahami betapa pentingnya mengelola minyak jelantah dengan bijak. Peran aktif RT/RW, sekolah, serta kelompok masyarakat seperti PKK dan karang taruna sangat dibutuhkan untuk menyebarluaskan informasi secara efektif.

Penyediaan fasilitas penampungan minyak jelantah di lingkungan warga juga akan sangat membantu dan mempermudah partisipasi warga. Pengawasan terhadap praktik daur ulang yang tidak aman tetap penting, dengan mendorong kerja sama bersama lembaga pengolah minyak jelantah yang terpercaya.

Peran lembaga swasta sangatlah penting dalam mendukung keberhasilan program ini. Dunia usaha dapat berkontribusi melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), misalnya dengan menyediakan fasilitas penampungan, membantu pendanaan untuk pengolahan minyak jelantah, atau berkolaborasi dalam kampanye edukatif kepada masyarakat. Dukungan ini akan memperkuat sinergi antara pemerintah dan warga.

Sebagai pembelajaran, kita dapat melihat studi kasus dari Kota Surabaya, di mana program pengumpulan minyak jelantah berhasil dijalankan melalui kerja sama antara pemerintah kota, komunitas lokal, dan perusahaan daur ulang. Minyak yang dikumpulkan diolah menjadi biodiesel untuk kendaraan operasional dinas kebersihan. Program ini juga membuka peluang usaha baru di bidang pengolahan limbah rumah tangga. Keberhasilan ini bisa menjadi inspirasi bagi Kelurahan Banjarsari untuk mengembangkan model yang serupa.

Program pengelolaan minyak jelantah ini bukan hanya tentang pengurangan limbah, tetapi juga bagian dari gerakan peduli lingkungan dan solidaritas sosial. Dengan keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat dan dukungan dari sektor swasta, Kelurahan Banjarsari dapat menjadi contoh kawasan yang bersih, sehat, dan peduli terhadap lingkungan. Seperti kata pepatah Nusantara “Bumi bukan warisan nenek moyang, melainkan titipan anak cucu.”