Radar Baru, Opini – Kemacetan di kawasan Tembalang dan Banyumanik, Semarang, telah menjadi masalah yang sangat kompleks dan hampir tidak pernah teratasi dengan tuntas. Setiap hari, kawasan ini mengalami kepadatan arus lalu lintas yang menghambat mobilitas masyarakat, terutama di pagi dan sore hari. Walaupun telah ada berbagai upaya untuk mengatasinya, seperti pengembangan infrastruktur dan kebijakan pengaturan lalu lintas seperti buka-tutup jalan di Bundaran Undip, kemacetan di daerah ini tetap menjadi masalah yang tak kunjung selesai.

Persoalan ini bukan hanya berdampak bagi penduduk setempat, tetapi juga mahasiswa, pekerja, dan semua pihak yang melakukan aktivitas di kawasan ini. Ini tentunya memerlukan perhatian khusus, terutama oleh pemerintah. Pertanyaannya adalah, apa yang sebenarnya menjadi penyebab utama terjadinya siklus kemacetan yang tak kunjung selesai, dan bagaimana kita dapat menemukan cara yang lebih efektif untuk mengatasinya?

Meningkatnya Kemacetan di Tembalang

Tembalang, sebagai salah satu kawasan yang menjadi pusat aktivitas di Kota Semarang, tidak hanya dikenal sebagai daerah perumahan dan komersial, tetapi juga sebagai lokasi utama bagi kampus Universitas Diponegoro (Undip). Kemacetan yang terjadi di daerah ini tidak hanya dirasakan oleh pengendara yang melintas, tetapi juga oleh ribuan mahasiswa yang datang dan pulang untuk kuliah setiap harinya. Peningkatan jumlah pengguna kendaraan pribadi, tidak diimbangi dengan penambahan kapasitas jalan dan transportasi umum yang memadai, menciptakan situasi yang semakin parah.

Menurut data DLLAJ (Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan), pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Semarang setiap tahunnya mencapai sekitar 10%, jumlah ini juga didominasi oleh jumlah mahasiswa yang terus bertambah, sementara laju pertumbuhan jalan hanya sekitar 3% per tahun.

Ketidakseimbangan ini menyebabkan jalan-jalan utama di Tembalang, seperti Jalan Prof. Soedarto, Jalan K.H. Sirojuddin, dan Jalan Timoho, sering mengalami kemacetan parah, terutama pada jam-jam sibuk. Ini menjadi masalah yang semakin kompleks seiring dengan berlanjutnya pembangunan dan meningkatnya aktivitas di kawasan kampus. Tidak hanya aktivitas kampus Universitas Diponegoro, tetapi juga Politeknik Negeri Semarang (Polines), Poltekkes Kemenkes Semarang, dan Politeknik PU yang berada di kawasan ini.

Penyebab dan Dampak Kemacetan

Salah satu penyebab utama kemacetan di Tembalang adalah ketidakmampuan jalan untuk menampung jumlah kendaraan yang semakin banyak. Banyak ruas jalan yang kapasitasnya sudah melebihi batas. Misalnya, Jalan Prof. Soedarto yang menghubungkan kampus Undip dengan beberapa daerah utama lainnya seperti Ngesrep dan Banyumanik, seringkali macet total saat ada event-event besar. Hal ini diperburuk oleh adanya simpul-simpul pertemuan jalan yang mengarah langsung ke pusat kegiatan, seperti Muladi Dome yang memiliki area parkir yang terbatas.

Penyebab lain yang juga memicu kemacetan adalah kurangnya jalur alternatif yang dapat digunakan oleh pengendara untuk menghindari titik-titik utama kemacetan. Selain itu, peraturan yang mengatur waktu aktivitas kampus, seperti jam kuliah yang sangat padat, serta bertambahnya jumlah mahasiswa tiap tahunnya menambah beban pada arus lalu lintas. Banyak mahasiswa yang menggunakan kendaraan pribadi bahkan beroda empat, yang membuat jalan-jalan utama sesak tanpa adanya distribusi lalu lintas yang merata ke jalur alternatif. Jalur alternatif yang tersedia pun kurang memadai karena sempitnya jalan dan terkadang hanya dapat dilalui satu kendaraan beroda empat.

Tantangan lain yang memperburuk kemacetan di Tembalang adalah ketidakmampuan sistem transportasi umum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Meskipun ada beberapa angkutan umum seperti feeder Trans Semarang yang melayani rute di sekitar Universitas Diponegoro, jumlah armada yang terbatas, kualitas layanan yang kurang memadai, dan jadwal yang kurang terkoordinasi dengan baik menyebabkan banyak orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini tentunya semakin memperburuk kepadatan lalu lintas, terutama pada jam-jam sibuk. Banyak mahasiswa dan pekerja yang lebih memilih mengandalkan kendaraan pribadi karena angkutan umum yang tersedia belum bisa diandalkan sebagai pilihan transportasi utama.

Di sisi lain, peran pemerintah khususnya Dinas Perhubungan (Dishub), juga masih dirasa belum maksimal. Meskipun berbagai kebijakan telah diterapkan seperti pengaturan arus lalu lintas, solusi yang diberikan dirasa belum cukup efektif dan berkelanjutan untuk mengurangi kemacetan secara signifikan. Kurangnya infrastruktur transportasi yang terintegrasi, minimnya pemeliharaan dan pengawasan terhadap sistem transportasi umum, serta kebijakan yang cenderung hanya mengatasi masalah jangka pendek, menjadi kendala utama dalam menyelesaikan persoalan kemacetan di kawasan ini.

Pemerintah perlu merancang solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan, seperti revitalisasi sistem transportasi umum dengan armada yang lebih banyak, rute yang lebih efisien, dan integrasi antar moda transportasi.

Dampak dari kemacetan ini sangat besar. Waktu tempuh yang lebih lama menyebabkan produktivitas masyarakat menurun, baik bagi mahasiswa yang terlambat mengikuti kuliah maupun bagi pekerja yang terjebak dalam macet di jalanan. Selain itu, polusi udara juga ikut meningkat. Hal ini semakin memperburuk kualitas udara dan lingkungan serta kesehatan masyarakat. Kemacetan yang tak kunjung usai juga menyebabkan penurunan kualitas hidup, di mana banyak orang menghabiskan waktu lama di jalanan hanya untuk mencapai tujuan yang seharusnya dapat ditempuh dengan lebih cepat.

Dalam beberapa waktu belakangan, upaya-upaya seperti perluasan jalan dan penambahan ruas jalan baru belum terlihat nyata. Proyek infrastruktur yang ada seringkali tidak terkoordinasi dengan baik, tidak mempertimbangkan kenaikan volume kendaraan, atau bahkan tidak diimbangi dengan peningkatan sistem transportasi publik yang memadai. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan transportasi publik sebagai alternatif yang lebih efisien juga semakin memperburuk masalah ini.

Solusi yang Dapat Dipertimbangkan

Untuk mengatasi kemacetan yang tak kunjung usai di Tembalang dan sekitarnya, solusi jangka panjang yang lebih terintegrasi dan menyeluruh harus segera diimplementasikan oleh pemerintah. Salah satu solusi yang paling mendesak adalah pengembangan sistem transportasi publik yang lebih baik dan terjangkau. Pemerintah Kota Semarang perlu memperkuat sistem angkutan umum dengan menambah jumlah armada, mengganti angkutan yang tidak memadai, memperbaiki jaringan rute, dan memberikan insentif bagi masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik.

Selain itu, perencanaan tata kota (urban planning) yang tepat juga sangatlah penting. Pemerintah harus mengidentifikasi titik-titik rawan kemacetan dan merancang solusi yang lebih efektif, seperti pembangunan infrastruktur yang lebih sesuai dengan kebutuhan saat ini, serta menciptakan jalur alternatif yang aman dan nyaman. Bagi pihak kampus, pengaturan waktu perkuliahan dan pembagian jam kerja juga dapat menjadi salah satu upaya untuk mengurangi kepadatan kendaraan pada waktu tertentu.

Solusi lainnya adalah penggunaan teknologi untuk mendukung pengelolaan lalu lintas. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan pemantauan lalu lintas berbasis data, Pemda (pemerintah daerah) dapat mengidentifikasi titik kemacetan secara real-time dan memberikan rekomendasi jalur alternatif kepada pengendara. Teknologi ini dapat membantu mendistribusikan volume kendaraan secara lebih merata ke seluruh jaringan jalan, sehingga kemacetan bisa diminimalisasi.

Dengan kebijakan yang terarah, pengembangan transportasi publik yang efisien, serta penerapan teknologi yang tepat, masalah kemacetan di Tembalang dapat diatasi secara lebih efektif. Sebagai masyarakat, kita juga perlu berperan aktif dalam mendukung kebijakan ini dengan memilih menggunakan transportasi publik atau beralih ke alternatif mobilitas yang lebih ramah lingkungan.

Kemacetan bukanlah masalah yang tidak dapat diselesaikan. Dengan perencanaan yang matang dan disertai komitmen bersama, Tembalang dan kawasan sekitarnya dapat memiliki sistem transportasi yang lebih lancar, efisien, dan berkelanjutan dengan harapan persoalan kemacetan dapat teratasi. Oleh karena itu, kini saatnya untuk bersama-sama mengambil langkah nyata menuju solusi kemacetan yang lebih baik.

 

*) Penulis adalah Fazly Muhammad Afzaal, Mahasiswa Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro.