Radarbaru, Bekasi – Dalam rangka menyongsong visi besar Indonesia Emas 2045, inovasi ekonomi keluarga menjadi salah satu kunci penting dalam membangun kemandirian finansial masyarakat. Hal ini menjadi fokus utama dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dosen Kolaborasi Lintas Perguruan Tinggi pada tanggal 15–17 Juli 2025 secara daring melalui Zoom.
Salah satu pembicara yang menarik perhatian dalam seminar ini adalah Muhamad Arfah, SE.sy., MM, seorang dosen dari Institut Agama Islam Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta, sekaligus praktisi usaha yang menjabat sebagai Direktur PT Raja Molen Raja dan PT Arafah Sukses Berkah.
Dalam pemaparannya bertajuk “Inovasi Ekonomi Keluarga dalam Membangun Kemandirian Ekonomi Masa Depan,” Arfah menekankan bahwa inovasi tidak harus selalu dimulai dari skala besar. Menurutnya, rumah tangga memiliki potensi luar biasa sebagai unit terkecil penggerak ekonomi nasional jika diberdayakan dengan baik.
“Kalau kita ingin melihat Indonesia Emas 2045 terwujud, maka kemandirian ekonomi harus ditanamkan sejak dari keluarga. Dari dapur rumah sendiri bisa lahir kekuatan ekonomi yang tangguh,” ungkap Arfah dalam sesi presentasinya.
Keluarga sebagai Motor Inovasi Ekonomi
Menurut Arfah, inovasi ekonomi keluarga mencakup pengembangan usaha mikro, manajemen keuangan yang sehat, dan peningkatan keterampilan anggota keluarga. Dengan strategi yang tepat seperti diversifikasi pendapatan, penggunaan teknologi digital, dan investasi dalam pendidikan, keluarga dapat lebih tahan terhadap guncangan ekonomi.
“Inovasi bisa dimulai dari hal sederhana: menjual makanan online, membuka jasa digital, atau sekadar mengatur anggaran rumah tangga dengan lebih bijak,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya digitalisasi dalam pengembangan ekonomi keluarga, terutama melalui e-commerce, media sosial, crowdfunding, dan aplikasi keuangan digital. Semua ini memungkinkan keluarga kecil menjangkau pasar lebih luas dan mengelola usaha secara efisien.
Pendidikan dan Literasi Keuangan sebagai Fondasi
Arfah menekankan bahwa pendidikan formal dan non-formal harus diarahkan untuk membentuk mental wirausaha. Literasi keuangan, menurutnya, bukan lagi pilihan, tetapi keharusan.
“Anak-anak muda harus dibekali pengetahuan budgeting, investasi, dan manajemen risiko sejak dini. Literasi keuangan bukan hanya tentang uang, tapi juga tentang masa depan,” ujar Arfah.
Mengatasi Tantangan, Membangun Solusi
Dalam paparannya, Arfah juga mengakui sejumlah tantangan yang dihadapi masyarakat, seperti krisis ekonomi, keterbatasan akses terhadap modal, dan rendahnya kemampuan teknologi digital. Namun, ia menawarkan berbagai solusi seperti:
- Peningkatan akses pendidikan dan pelatihan keterampilan,
- Dukungan dari koperasi dan kemitraan usaha,
- Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, dan komunitas.
Melalui pendekatan inovatif dan pemberdayaan keluarga, Arfah meyakini bahwa cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi. Dengan kolaborasi lintas generasi dan pemanfaatan teknologi, keluarga Indonesia bisa menjadi tulang punggung ekonomi yang kuat dan mandiri.
“Keluarga yang mandiri hari ini adalah pondasi bagi bangsa yang maju di masa depan,” pungkasnya.