Penulis: Edelweiss Novelie Adhi Ningrat*

Dopamin merupakan neurotransmitter yang memiliki peran penting dalam mengendalikan rasa senang dan motivasi di dalam otak manusia. Fenomena kecanduan semakin berkembang di masyarakat akibat sistem dopamin yang mendorong tindakan berulang untuk mendapatkan kepuasan. Tulisan ini bertujuan untuk memahami bagaimana dopamin berperan pada rasa nikmat dan kecanduan.

Apa itu Dopamin?

Salah satu neurotransmitter penting yang digunakan sebagai sinyal kimia di otak adalah dopamin. Dopamin bertanggung jawab atas beberapa fungsi penting, seperti motivasi, pembelajaran, dan pengaturan. Jalur dopaminergik utama yang terkait dengan sistem penghargaan adalah jalur mesolimbik, yang utamanya terdiri dari neuron yang terletak di Area Tektal Ventral (VTA) di bagian tengah otak. Dopamin meninggalkan VTA dan menuju Nucleus Accumbens (NAc), sistem penghargaan utama yang menekan dorongan dan keinginan, serta Prefrontal Cortex (PFC), wilayah yang sulit untuk mengendalikan impuls, keputusan, dan tindakan. Interaksi antara ketiga area ini memungkinkan otak untuk merespon rangsangan menyenangkan dengan motivasi tinggi dan menjadi kebiasaan.

Bagaimana Dopamin Menciptakan Rasa Nikmat?

Sistem penghargaan otak beroperasi melalui jalur mesolimbik, yaitu dari VTA menuju NAc dan diteruskan ke PFC. Ketika otak menerima rangsangan yang dianggap sebagai reward atau kesenangan, neuron VTA mengeluarkan dopamin ke NAc. Pelepasan dopamin ini memperkuat sensasi “liking” atau kesenangan, tetapi peran dopamin lebih signifikan dalam menghasilkan “wanting” yaitu motivasi yang mendorong pencarian stimulus tersebut berulang kali. Artinya, dopamin bukan hanya memunculkan perasaan senang, namun juga mendorong tindakan untuk mencari kesenangan tersebut.

Konsep Reward Prediction Error (RPE) merupakan mekanisme di mana dopamin berfungsi sebagai sinyal yang memberi informasi pada otak tentang perbedaan antara reward yang diharapkan dengan reward yang diterima. Apabila hasil kesenangannya melebihi harapan, dopamin akan dilepaskan dengan jumlah yang lebih banyak dan perilaku pengulangan semakin terjadi. Sebaliknya, jika kesenangannya lebih sedikit dari yang diharapkan, pelepasan dopamin akan berkurang, yang membuat otak akan mengurangi intensitas perilaku yang sama. Mekanisme ini mendukung pembelajaran yang disesuaikan dan penguatan perilaku yang menimbulkan kepuasan.

Dopamin dan Siklus Kecanduan

Dopamin berperan penting dalam pembentukan kecanduan karena memperkuat jalur saraf yang berhubungan dengan perilaku menyenangkan. Awalnya, pelepasan dopamin yang tinggi menyebabkan rasa nikmat yang mendorong individu untuk mengulang perilaku tersebut. Namun, seiring waktu, muncul toleransi otak menyesuaikan diri sehingga respon dopamin menurun, yang membuat seseorang membutuhkan rangsangan yang lebih supaya merasakan efek yang sama.

Perubahan ini juga menimbulkan craving, yaitu dorongan kuat akibat sistem reward yang menjadi sangat peka terhadap sinyal terkait dengan stimulus adiktif namun kurang responsif terhadap penghargaan alami. Neuroadaptasi tersebut juga melemahkan fungsi Korteks Prefrontal yang mengatur kendali diri serta pengambilan keputusan, sehingga individu akan kesulitan menghentikan perilaku meskipun tahu risikonya.

Secara keseluruhan, dopamin bukan hanya memunculkan rasa senang, tetapi juga membuat siklus kecanduan melalui perubahan otak yang membuat perilaku adiktif semakin sulit dihentikan tanpa bantuan.

Dampak “Dopamine Trap”

  • Turunnya konsentrasi dan dorongan terjadi secara alami saat tidak menerima rangsangan dopamin yang berlebihan.
  • Gangguan emosi seperti kecemasan, kebosanan yang berlebihan, serta anhedonia yaitu ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan dari aktivitas biasa.
  • Konsekuensi sosial dan akademis yang besar akibat penurunan fungsi otak serta kemampuan dalam mengendalikan diri.

Cara Keluar dari Jebakan Dopamin

  • Mengelola penerimaan stimulus, seperti mengatur durasi pemakaian gadget, media sosial, dan penggunaan zat adiktif.
  • Mengubah kebiasaan kecil yang dapat dilakukan dan berkesinambungan, contohnya menggantikan waktu bermain game dengan aktivitas fisik atau hobi lain.
  • Meningkatkan pengendalian diri lewat gaya hidup sehat seperti tidur cukup, berolahraga secara teratur, dan menerapkan mindfulness untuk menenangkan pikiran.
  • Mengatur lingkungan digital supaya lebih baik secara mental, contohnya dengan mengelola pemberitahuan dan durasi pemakaian aplikasi.

Kesimpulan

Dopamin berfungsi sebagai pengatur utama bagi perasaan senang dan semangat, yang juga dapat menjebak individu dalam lingkaran ketergantungan melalui jalur mesolimbik VTA → NAc → PFC. Memahami cara kerja ini sangat penting dalam merancang strategi untuk pencegahan dan penanganan kecanduan guna menjaga kesehatan mental dan fisik.

Referensi

  • Volkow, N. D., & Koob, G. (2015). The Neurobiology of Addiction.
  • Schultz, W. (1998). “Predictive reward signal of dopamine neurons.” Journal of Neurophysiology.
  • Berridge, K. C., & Robinson, T. E. (1998). Incentive-Sensitization Theory of Addiction.
  • Wise, R. A. (2004). “Dopamine, learning and motivation.” Nature Reviews Neuroscience.
  • National Institute on Drug Abuse (NIDA). The Science of Addiction.

***

*) Penulis adalah Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Brawijaya.

**) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi radarbaru.com