Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan performa impresif menjelang akhir tahun 2025. Setelah sempat berfluktuasi akibat tekanan global dan perlambatan ekonomi dunia, kini pasar modal Indonesia kembali menggeliat. Banyak analis memprediksi bahwa IHSG berpotensi menembus level 8.000 poin, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kenaikan ini tentu tidak terjadi secara tiba-tiba. Di balik penguatan IHSG, terdapat sejumlah emiten unggulan yang menjadi motor utama penggerak indeks.
Beikut merupakan 7 saham pendorong IHSG ke rekor baru 2025, lengkap dengan analisis fundamental, prospek bisnis, dan alasan mengapa investor perlu mencermatinya. Simak selengkapnya:
1. Bank Central Asia (BBCA) – Tetap Jadi Raja Likuiditas
Sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, BBCA masih menjadi tulang punggung pergerakan IHSG. Kapitalisasi pasarnya yang besar membuat setiap pergerakan harga saham BCA berpengaruh signifikan terhadap indeks.
Alasan BBCA jadi pendorong IHSG:
- Laba bersih tumbuh stabil di atas 10% per tahun.
- Kualitas kredit terjaga dengan NPL rendah di bawah 1%.
- Likuiditas tinggi dan manajemen risiko yang solid.
Prospek 2025:
BCA terus berinovasi di bidang digital banking dan memperkuat lini wealth management. Dengan penetrasi layanan ke segmen milenial dan UMKM, potensi pertumbuhan fee-based income meningkat signifikan. Banyak analis menempatkan BBCA sebagai saham defensive pilihan saat pasar bergejolak.
2. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) – Penggerak Ekonomi Mikro
BRI tetap menjadi mesin ekonomi rakyat Indonesia. Fokusnya pada segmen mikro membuat kinerja bank ini lebih tangguh menghadapi tekanan global.
Faktor pendorong utama:
- Kredit mikro tumbuh konsisten dua digit.
- Digitalisasi melalui BRImo dan BRISPOT memperkuat efisiensi.
- Dividen yang stabil menarik bagi investor jangka panjang.
Prospek 2025:
Dengan dukungan pemerintah terhadap UMKM dan digitalisasi layanan mikro, BRI berpeluang mempertahankan pertumbuhan laba bersih di atas 15%. Saham BBRI sering menjadi safe haven bagi investor institusional karena fundamentalnya kokoh.
3. Telkom Indonesia (TLKM) – Pemimpin di Era Digital
Transformasi digital Indonesia tak lepas dari peran Telkom Indonesia. Melalui anak usahanya, Telkomsel dan Telkom Data Center, TLKM semakin fokus pada bisnis konektivitas dan infrastruktur digital.
Alasan TLKM mendorong IHSG:
- Ekspansi data center dan cloud business.
- Sinergi Telkomsel-IndiHome memperkuat pendapatan recurring.
- Strategi digitalisasi BUMN yang selaras dengan roadmap pemerintah.
Prospek 2025:
Dengan pertumbuhan pengguna internet dan peningkatan konsumsi data, TLKM berada di posisi strategis. Potensi spin-off unit digital juga dinilai akan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
4. Astra International (ASII) – Konglomerat Multi-Sektor yang Tangguh
Astra International adalah contoh klasik dari perusahaan Indonesia yang memiliki diversifikasi bisnis kuat. Dari otomotif hingga keuangan, pertambangan hingga teknologi, ASII memiliki portofolio yang menopang ketahanan jangka panjang.
Faktor pendorong:
- Penjualan mobil dan sepeda motor meningkat pasca pandemi.
- Kontribusi sektor pertambangan (melalui United Tractors) menguat.
- Kinerja keuangan solid dan rasio utang rendah.
Prospek 2025:
Astra mulai masuk ke investasi energi baru terbarukan dan kendaraan listrik (EV). Hal ini sejalan dengan tren global menuju ekonomi hijau. Dengan posisi kas yang kuat, Astra siap beradaptasi menghadapi transformasi industri otomotif.
5. Bank Mandiri (BMRI) – Mesin Pertumbuhan Kredit Korporasi
BMRI kini menjadi bank dengan kinerja paling agresif di sektor kredit korporasi dan wholesale banking. Dengan digitalisasi dan efisiensi operasional, Mandiri menunjukkan pertumbuhan laba yang impresif.
Mengapa BMRI penting untuk IHSG:
- Kredit korporasi tumbuh di atas 12%.
- Ekspansi digital melalui Livin’ by Mandiri.
- Efisiensi biaya operasional yang makin baik.
Prospek 2025:
Bank Mandiri terus memperluas pasar regional dan memperkuat kemitraan lintas BUMN. Dengan dukungan ekonomi domestik yang kuat, BMRI berpeluang mempertahankan kinerja positif yang mendorong IHSG ke zona hijau.
6. Adaro Energy (ADRO) – Energi dan Transisi Hijau
Sektor energi tetap menjadi penopang utama IHSG, dan Adaro Energy Indonesia (ADRO) menjadi salah satu bintangnya. Meski dikenal sebagai perusahaan batu bara, Adaro mulai melakukan transformasi besar ke energi terbarukan.
Faktor utama penggerak:
- Harga batu bara tetap stabil di level menguntungkan.
- Proyek PLTS dan investasi di energi hijau meningkat.
- Laba bersih tinggi dan dividen besar.
Prospek 2025:
Permintaan global terhadap energi bersih meningkat, dan Adaro sudah mengantisipasi hal ini melalui ekspansi di bisnis energi hijau. Kombinasi profitabilitas tinggi dan transformasi strategis membuat ADRO menjadi favorit investor jangka menengah.
7. PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) – Harapan Baru Ekonomi Digital
Meski sempat turun setelah IPO, GOTO mulai menunjukkan tanda pemulihan. Perusahaan teknologi raksasa ini menjadi simbol transformasi digital Indonesia, dan kinerjanya kini lebih fokus pada efisiensi dan profitabilitas.
Alasan GOTO ikut mendorong IHSG:
- Pengurangan beban operasional dan fokus pada profit.
- Ekosistem besar: transportasi, e-commerce, dan fintech.
- Didukung oleh tren belanja online dan pembayaran digital.
Prospek 2025:
GOTO menargetkan break-even secara EBITDA di 2025. Jika target ini tercapai, sahamnya bisa menjadi motor baru IHSG di sektor teknologi. Optimisme investor terhadap sektor digital juga meningkat seiring pemulihan ekonomi domestik.
Faktor Makroekonomi yang Menopang IHSG
Selain kontribusi emiten besar, penguatan IHSG tidak terlepas dari dukungan faktor makro seperti:
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5% per tahun.
- Inflasi terkendali dan kebijakan suku bunga BI yang relatif stabil.
- Aliran modal asing masuk ke pasar modal seiring kepercayaan terhadap stabilitas politik dan fiskal.
- Peningkatan investasi domestik terutama di sektor manufaktur dan teknologi.
Semua faktor ini menciptakan ekosistem positif bagi pergerakan IHSG.
Prediksi IHSG 2025, Menuju Level 8.000
Beberapa lembaga riset pasar modal seperti Mandiri Sekuritas, BRI Danareksa, dan Samuel Sekuritas memperkirakan bahwa IHSG dapat menembus level 7.800 – 8.200 pada 2025, tergantung kondisi global dan pergerakan harga komoditas.
Sektor keuangan, energi, dan teknologi menjadi tiga motor utama pertumbuhan, sementara sektor properti dan consumer goods diperkirakan mulai rebound pada semester II 2025.
Tips untuk Investor: Strategi Menghadapi Pasar Naik
Kenaikan IHSG ke rekor baru tentu menggoda, tetapi investor tetap perlu cermat. Berikut beberapa tips agar tidak terjebak euforia:
- Diversifikasi portofolio. Jangan hanya pegang saham big cap — sisipkan juga mid cap berfundamental kuat.
- Perhatikan valuasi. Kenaikan harga saham tidak selalu berarti fundamental membaik. Gunakan rasio PER dan PBV sebagai acuan.
- Gunakan strategi “buy on weakness”. Ambil posisi saat koreksi wajar, bukan saat harga sudah melonjak.
- Pilih saham dengan dividen tinggi. Di tengah ketidakpastian global, dividen bisa menjadi sumber pendapatan stabil.
- Ikuti perkembangan global. Faktor eksternal seperti suku bunga The Fed dan harga komoditas dunia tetap berpengaruh pada IHSG.
Optimisme Pasar Masih Terjaga
Perjalanan IHSG menuju rekor baru pada 2025 mencerminkan kekuatan ekonomi nasional dan daya tarik pasar modal Indonesia. Tujuh saham unggulan — mulai dari BBCA, BBRI, TLKM, ASII, BMRI, ADRO, hingga GOTO — menjadi lokomotif yang mendorong indeks ke level lebih tinggi.
Bagi investor, momentum ini bisa menjadi peluang emas untuk menata portofolio, dengan fokus pada saham berfundamental kuat dan prospek jangka panjang yang cerah.
Namun, seperti biasa, disiplin investasi dan manajemen risiko tetap kunci utama kesuksesan di pasar saham.



