Trending

Meningkatkan Kesadaran tentang Scabies: Langkah Awal Mengatasi Beban Penyakit Global

Ilustrasi: Scabies (Pexels/cottonbro studio)
Oleh: Dewi Yunita*

Scabies, atau kudis, merupakan salah satu penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Disease/NTD) yang terus menjadi tantangan dalam kesehatan global. Penyakit ini disebabkan oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei yang menginfeksi kulit manusia. Meskipun sering dianggap sebagai masalah kesehatan sederhana, scabies memiliki dampak luas, terutama di daerah dengan akses kesehatan terbatas. Kondisi ini menjadikan scabies ancaman nyata bagi jutaan orang, khususnya di negara-negara berkembang, yang menghadapi berbagai kendala dalam pencegahan dan penanganannya.

Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 200 juta kasus scabies setiap tahunnya. Penyakit ini terutama menyebar di daerah tropis dan subtropis, di mana populasi padat, kondisi sanitasi buruk, dan fasilitas kesehatan yang tidak memadai mendominasi. Situasi ini semakin diperburuk oleh kurangnya kesadaran masyarakat, sehingga scabies sering kali dianggap sepele hingga berujung pada komplikasi serius seperti infeksi sekunder. Dengan tingkat penyebaran yang sangat cepat melalui kontak langsung atau penggunaan bersama barang pribadi, scabies menjadi tantangan serius di banyak komunitas.

Dampak yang ditimbulkan oleh scabies tidak hanya terbatas pada masalah fisik seperti rasa gatal yang tak tertahankan, tetapi juga merambah ke aspek psikososial. Rasa malu dan stigma yang melekat pada penyakit kulit ini sering kali menghalangi penderita untuk mencari pengobatan. Kondisi ini tidak hanya memperparah penyebaran penyakit, tetapi juga menambah beban psikologis dan sosial bagi penderita. Oleh karena itu, edukasi dan penghapusan stigma menjadi komponen penting dalam upaya pengendalian penyakit ini.

Di Indonesia, sebagai negara tropis dengan prevalensi scabies yang tinggi, tantangan ini semakin nyata. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi scabies berkisar antara 5,60% hingga 12,95%, menjadikannya peringkat ketiga dari 12 penyakit kulit tersering di Indonesia. Angka ini menegaskan bahwa scabies bukan hanya masalah individu, tetapi juga tantangan kesehatan masyarakat yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak.

Salah satu penyebab tingginya angka kasus scabies di Indonesia adalah keterbatasan sumber daya kesehatan di daerah terpencil. Banyak masyarakat di wilayah ini tidak memiliki akses yang memadai ke fasilitas kesehatan atau informasi tentang pencegahan penyakit. Padahal, penanganan yang tepat seperti penggunaan krim antiskabies dan pengobatan massal pada komunitas terdampak dapat secara signifikan menekan penyebaran penyakit ini.

Selain intervensi medis, perubahan perilaku masyarakat memegang peranan penting dalam upaya pengendalian scabies. Edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan, serta tidak berbagi barang pribadi seperti pakaian dan tempat tidur, perlu terus ditingkatkan. Pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan tokoh masyarakat, tenaga kesehatan lokal, dan pemerintah dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi penyakit ini secara berkelanjutan.

Dalam mendukung inisiatif tersebut, kolaborasi internasional juga sangat dibutuhkan agar penanganan scabies menjadi prioritas dalam agenda kesehatan global. WHO telah memasukkan scabies ke dalam daftar penyakit tropis terabaikan yang memerlukan perhatian khusus. Langkah ini membuka jalan untuk mengembangkan strategi yang lebih komprehensif, termasuk ketersediaan obat dengan harga terjangkau dan kampanye kesehatan yang masif, sehingga dampak scabies dapat diminimalkan di berbagai negara.

Kesadaran masyarakat terhadap scabies pun harus segera ditingkatkan, terutama karena angka kasusnya terus bertambah di banyak wilayah. Kampanye preventif yang rutin sangat diperlukan, terutama di daerah dengan prevalensi scabies tinggi. Ini dapat menjadi pendukung intervensi medis dan mendorong masyarakat untuk lebih proaktif dalam melindungi diri mereka dari penyakit ini.

Intervensi dini menjadi kunci dalam mengendalikan penyebaran scabies lebih lanjut. Upaya ini tidak hanya mampu menekan dampak kesehatan secara langsung tetapi juga mengurangi beban ekonomi, baik bagi individu maupun sistem kesehatan. Dengan kolaborasi lokal dan global yang terkoordinasi, penanganan scabies dapat lebih terarah dan berdampak luas.

Peningkatan kesadaran masyarakat juga berperan dalam mengurangi stigma terhadap penderita scabies. Ketika masyarakat lebih memahami cara pencegahan dan pengobatan, mereka tidak hanya mampu melindungi diri tetapi juga mendukung orang-orang di sekitar mereka untuk segera mendapatkan bantuan medis tanpa rasa malu.

Pada akhirnya, peningkatan kesadaran menjadi fondasi utama dalam pengendalian epidemi scabies di tingkat global. Tanpa pemahaman yang memadai, upaya seperti pengobatan massal atau peningkatan akses kesehatan tidak akan berjalan optimal. Dengan pendekatan holistik yang melibatkan edukasi, intervensi medis, dan kolaborasi global, kita dapat memutus rantai penyebaran scabies, mengurangi dampaknya, dan secara bertahap memberantas penyakit ini sebagai ancaman kesehatan global.

* Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Universitas Mandala Waluya

Type and hit Enter to search

Close